APLIKASI SISTEM INFORMASI GOGRAFIS UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA PANTAI BILATO DI KABUPATEN GORONTALO
Geographic Information System Application for
Strategic Tourism Development Areas of Bilato Beach in Gorontalo District
1Elpin Ibrahim, 2Ivan Taslim, 3Ahmad Syamsu
Rijal
1Program studi
Geografi Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Gorontalo, Indonesia.
Email1: elpinibrahim@gmail.com
2,3 Program studi Geografi Universitas
Muhammadiyah Gorontalo, Gorontalo, Indonesia.
Abstract - This study aims to create a
concept or strategy for the development of Strategic Tourism Area of Bilato
Beach located in Gorontalo Regency Gorontalo Province. The planning strategy
for the development of Bilato Beach Strategic Area in this research is based on
the questionnaire/interview method with the field survey. The results of the
interview will be processed using SWOT analysis which further utilizes
Geographic Information System (GIS) application with ArcGIS 10.1 device for
mapping of tourism development of Bilato Beach.The conclusion of this SWOT
analysis result is that Bilato Beach which has been designated as Tourism
Strategic Area in Gorontalo Regency according to Regional Regulation of
Gorontalo Regency No. 4, 2011 still has many shortcomings in terms of tourism
facilities and government attention in terms of publication. For that reason,
with this research, the strategy of development of Bilato Beach as Tourism
Strategic Area found in Kabupaten Gorontalo is based on the result of SWOT
analysis which further utilizes GIS application to plan development mapping at
research location
Keywords: geographic information system
(gis), development, tourism, bilato beach, gorontalo
Sari
– Penelitian ini bertujuan untuk membuat konsep strategi pengembangan Kawasan
Strategis Pariwisata Pantai Bilato yang berada di Kabupaten Gorontalo Provinsi
Gorontalo. Strategi perencanaan untuk pengembangan KawasanPantai Bilato pada
penelitian ini dilakukan berdasarkan metode kuisioner/wawancara dengan survai
lapangan. Hasil dari wawancara akan diolah menggunakan analisis SWOT yang selanjutnya memanfaatkan
aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan perangkat ArcGIS 10.1 untuk pemetaan pengembangan wisata Pantai Bilato.
Kesimpulan dari hasil analisis SWOT
ini adalah bahwa Pantai Bilato yang sudah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis
Pariwisata di Kabupaten Gorontalo menurut PERDA Kabupaten Gorontalo No. 4 Tahun
2011 masih memiliki banyak kekurangan dari segi fasilitas wisata dan perhatian
pemerintah dalam hal publikasi. Untuk itulah dengan adanya penelitian ini, maka
perlu adanya strategi pengembangan
Pantai Bilato sebagai Kawasan Strategis Pariwisata yang terdapat di Kabupaten
Gorontalo didasarkan dari hasil penilaian analisis SWOT yang selanjutnya memanfaatkan aplikasi SIG untuk merencanakan
pemetaan pengembangan di lokasi penelitian.
Kata kunci: sistem
informasi geografis (sig), pengembangan, wisata, pantai bilato, gorontalo
PENDAHULUAN
Kawasan Strategis Pariwisata adalah
kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih
aspek (UU No. 10 Tahun 2009).Pariwisata memiliki peran yang besar dalam
pembangunan nasional, karena selain menghasilkan pendapatan dan sekaligus
sebagai penghasil devisa, sektor pariwisata berkaitan erat dengan penanaman
modal asing. Wisatawan yang datang ke Indonesia adalah termasuk mereka yang
berhubungan bisnis dengan Indonesia (Rani, 2014). Hal ini karena Indonesia
adalah negara yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia yaitu
kurang lebih 81.000 km. Potensi pesisir pantai di Indonesia sangat besar dan
belum sepenuhnya di manfaatkan, hal tersebut menunjukan bahwa kawasan pantai
Indonesia merupakan sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi dan pesona
tersendiri (Kurniawan, et al., 2011). Seperti halnya di
Kabupaten Gorontalo.
Daerah Kabupaten
Gorontalo memiliki aset pariwisata yang tidak ternilai berupa obyek wisata yang
terdiri dari 8 buah obyek wisata alam, 2 buah obyek wisata sejarah budaya
dan 2 buah obyek wisata buatan. Pantai
Bilato merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Kabupaten Gorontalo dan
masuk dalam kawasan strategis pariwisata (PERDA Provinsi Gorontalo No. 4 Tahun
2011), terletak di Desa Taulaa Kecamatan Bilato dulunya Kecamatan Boliyohuto.
Pantai Bilato selain memiliki pasir putih yang cukup indah, juga memiliki
keindahan pesisir seperti di tumbuhi oleh vegetasi berupa tanaman produksi
tahunan yaitu kelapa dan mempunyai ciri khas yaitu air laut yang jernih dan
tidak bergelombang. Tetapi, saat ini Pantai Bilato belum memiliki fasilitas
wisata yang memadai untuk kebutuhan wisatawan. Sehingga penelitian ini dilaksanakan guna untuk membuat
konsep pengembangan kawasan strategis pariwisata Panatai Bilato menjadi lebih
baik.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini dilaksanakan di Pantai Bilato yang saat ini lebih dikenal masyarakat
sebagai Pantai Taulaa, terletak di Desa Taulaa Kecamatan Bilato Kabupaten
Gorontalo (Gambar 3). Penelitian
dilaksanakan pada bulan november 2016.
Alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian adalah: Global Positioning System (GPS) Tipe Oregon 650
untuk mengetahui posisi geografis, kamera untuk dokumentasi di lapangan, dan
alat tulis. Adapun bahan yang digunakan adalah kuisioner untuk wawancara secara
tidak langsung dan foto citra yang di crop dari Google Earth untuk membuat peta lokasi penelitian dan analisis
pengembangan Pantai Bilato
Data yang digunakan adalah data
sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari hasil survai dan observasi
lapangan, data sekunder diperoleh dari pemerintah desa mengenai gambaran umum
kawasan Pantai Bilato (Gambar 6). Analisis data dilakukan dengan metode
deskriptif kualitatif menggunakan pendekatan SWOT untuk mengetahui arah
pengembangan Pantai Bilato melalui pertimbangan antara Kelebihan dan
Kekurangan, serta Peluang dan Ancaman yang ada. Selanjutnya digunakan pula
Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk pemetaan pengembangan wisata Pantai
Bilato.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian(Sumber: Foto
Citra Google Earth,2016)
Penelitian di obyek wisata Pantai Bilato
di lakukan untuk menyusun konsep pengembangan pantai sebagai kawasan strategis
pariwisata dengan menggunakan metode analisis spasial berbasis SIG yang di
lengkapi data observasi dan wawancara. Pengumpulan data melalui observasi dilakukan dengan mengamati obyek wisata
menggunakan kamera yang meliputi:
1.
Atraksi wisata, yakni semua data yang
berkaitan dengan potensi alam di Pantai Bilato.
1.
Amenitas, adalah data yang berupa
fasilitas yang ada seperti cottage,
warung, WC umum, air bersih dan lain sebagainya.
2.
Aksesibilitas, yaitu data yang berkaitan
dengan kemudahan menjangkau obyek wisata.
Sedangkan
wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder
berupa data-data pengunjung wisata Pantai Bilato, adat istiadat dan
peninggalan-peninggalan bersejarah yang dapat diperoleh dari instansi terkait
seperti Dinas Pariwisata, pengelola
wisata (jika ada) dan lembaga masyarakat.
Data
yang di peroleh baik data primer maupun data sekunder akan dianalisis
menggunakan metode deskriptif kualitatif dan analisis spasial. Analisis
deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja yang saat ini berlaku, di dalamnya terdapat
upaya mendeskripsikan, mencatat, dan menginterpretasikan kondisi dan situasi
yang ada secara benar, sedangkan dalam analisis spasial di lakukan dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG), yaitu sistem informasi spasial
berbasis komputer dengan melibatkan perangkat lunak ArcGIS dan Google Earth
untuk mempermudah pembuatan peta jalur transportasi menuju Pantai Bilato. Dengan demikian dapat diambil
langkah perbaikan sebagai upaya perencanaan ke arah yang lebih baik.
HASILPENELITIAN
Administratif Desa Taulaa
Desa
Taulaa merupakan salahsatu desa kedua terbesar di Kecamatan Bilato setelah Desa
Bilato yaitu dengan luas 18.27 km2.Desa Taulaa memiliki morfologi yang bervariasi, mulai dari
dataran rendah sampai dataran tinggi yakni 11 km2 dan pegunungan 41
km2 (BPS Kab. Gorontalo,
2016). Desa Taulaa terletak di antara 0° 29.942' LU dan 122° 41.223' BT. Desa
ini terdiri atas dua dusun yaitu Dusun I dan Dusun II. Secara administrasi desa
ini berbatasan dengan Desa Ilomata bagian Utara, Desa Pelehu Bagian barat, Desa
Huwongo Kec. Biluhu bagian Timur dan Teluk Tomini bagian Selatan (Gambar 2).
Jumlah penduduk secara keseluruhan adalah 830 jiwa yang terdiri dari 432 jiwa
laki-laki dan 398 jiwa perempuan, serta terdiri atas 208 kepala keluarga. Luas
area atau area pemukiman di Desa Taulaa adalah 36 ha, perkebunan 16 ha,
pekarangan 50 ha, perkantoran 1 ha, sarana umum lainnya 4 ha, hutan rakyat 293
ha, area penggunaan lainnya 64 ha, luas hutan 4960 ha, serta perkebunan 2 ha.

Gambar 2. Peta Desa Taulaa
Pantai
Bilato (0° 30.509' LU 122° 40.584' BT) memiliki luas sekitar 150 ha (HGU) untuk
tanaman produksi tahunan yaitu kelapa, namun di sisi selatan dan barat dari
kebun kelapa ini di jadikan sebagai tempat wisata yang saat ini dikenal
masyarakat sebagai Pantai Bilato atau Pantai Taulaa. Pantai ini memiliki keindahan
laut yang begitu menakjubkan dan pemandangan sekitar yang juga menarik. Laut
biru yang tenang menjadi salah satu keunggulan pantai ini, karena sering di
jadikan oleh pengunjung dan masyarakat setempat sebagai tempat memancing dan
juga tempat pemandian.
Selain itu, di sepanjang garis Pantai Bilato terdapat pasir putih yang
menghiasi pemandangan para pengunjung. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat
setempat, bahwa pantai bilato ini merupakan pantai yang sangat strategis dan
potensi untuk di jadikan sebagai pelabuhan, karena kapal pesiar sering berlabuh
di pantai ini. Hal ini seiring dengan rencana pemerintah kabupaten gorontalo
saat ini yang akan menjadikan kawasan Taulaa dan sekitarnya menjadi area
pelabuhan terbesar di daerah Kabupaten Gorontalo. Adapun berdasarkan observasi
di lapangan, dapat di ketahui bahwa penggunaan lahan di Sekitar Pantai Bilato
adalah pertanian jagung dan tanaman produksi tahunan yaitu kelapa.

Gambar 3. Diagram Jenis Pekerjaan Penduduk Desa
Taulaa (Sumber: Profil Desa Taulaa,
2017)

Gambar 4. Potensi Wisata PantaiBilato (Sumber: Hasil Analisis, 2017)

a. Karakteristik
wisatawan

Gambar 5. Diagram karakteristik wisatawan
berdasarkan kelompok umur
(Sumber: Profil Desa Taulaa, 2017)

Gambar 6. Persepsi masyarakat tentang Pantai Bilato (Sumber: Hasil Analaisis, 2017)

Gambar 7. Persepsi Wisatawan tentang Pantai
Bilato (Sumber: Hasil Analisis, 2017)
PEMBAHASAN
Berdasarkan
profil Desa Taulaa tahun 2015
(Gambar 3), maka dapat diketahui bahwa tingkat pekerjaan
masyarakat Desa Taulaa di dominanasioleh petani yaitu dengan jumlah 97 Kepala Keluarga, Nelayan 73 KK, Buruh tani
di desa ini sebanyak 17 kepala keluarga, Buruh 7 KK, Tukang 5 KK, Wiraswasta 2
KK, Pedagang 6 KK dan PNS 1 KK. Dengan adanya kawasan Pantai Bilato yang
nantinya akan di kembangkan, akan membantu masyarakat setempat dalam hal
sebagai sumber pendapatan dengan mengembangkan usaha kecil di sekitar kawasan
pantai.
Pengunjung
Pantai Bilato 60% pada kelompok umur 19-25 tahun, 20% kelompok umur 26-32
tahun, 15% kelompok umur 33-39 tahun dan 5% pada kelompok umur 40-46 tahun.
Dari data hasil wawancara dan pengamatan di lapangan seperti yang cantumkan
pada gambar 7, dapat diketahui bahwa pengunjung wisata Pantai Bilato lebih
banyak wisatawan berumur 19 sampai dengan wisatawan yang berumur 25 tahun
dengan tujuan untuk berlibur dan jalan-jalan sekaligus melakukan penelitian. Hal ini disebabkan oleh
keberadaan Pantai Bilato yang cukup jauh dari pusat kabupaten/kota Gorontalo
sekitar 62 km sekitar 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan roda empat dan
minimnya tempat-tempat peristrahatan untuk para pengunjung.
Berdasarkan
hasil pengamatan di lapangan, dapat di ketahui beberapa daya tarik wisata yang
ada di Pantai Bilato, yaitu sebagai berikut:
a. Pasir
putih di sepanjang garis pantai
b. Berbatasan
langsung dengan Teluk Tomini
c. Tanaman
tahunan yaitu kelapa yang menghiasi pemandangan sekitar kawasan pantai
d. Bentangalam
pegunungan yang masih alami di sekitar kawasan pantai
Keramahan
masyarakat setempat
Berdasarkan
hasil wawancara dengan masyarakat setempat seperti yang tercantum dalam Gambar 6 di atas, di ketahui bahwa sebagian
besar berpendapat bahwa Pantai Bilato
cukup baik jika di lihat dari segi daya tarik wisatanya, namun tak jarang juga
masyarakat yang mengatakan Pantai Bilato kurang baik, karena mereka memandang
dari segi pengelolaan wisata yang tidak terarah dan tidak berkembang.
Berdasarkan
gambar 7 di atas
dapat di ketahui bahwa wisatawan yang berkunjung ke Pantai Bilato menilai bahwa
Pantai Bilato sangat baik dengan 1 responden, 7 responden dengan penilaian baik
serta 17 responden menilai Pantai Bilato kurang baik. Namun secara umum mereka
mengatakan bahwa keadaan Pantai Bilato perlu untuk di kembangkan. Dari tebel
tersebut maka jelaslah bahwa wisatawan yang berkunjung ke Pantai Bilato belum puas dengan ketersediaan produk wisata
terutama pelayanan (amenitas), karena di Pantai Bilato pelayanan dari segi
fasilitas wisata tidak memadai bahkan hampir tidak tersedia. Sehingga daya
tarik wisata sebaik apapun belum mampu memenuhi kebutuhan wisatawan yang berkunjung.
Oleh karena itu pengembangan pengelolaan dan kerja sama antar elemen
masyarakat, pemerintah dan pengusaha sangat di butuhkan.
a. Pengembangan
Pantai Bilato
Berikut
adalah gambar kawasan Pantai Bilato saat
ini atau kondisi di lapangan.


a) Kondisi di lapangan b)
Kondisi yang direncanakan
Gambar 8. Konsep Pengembangan Pantai Bilato (Sumber: Hasil Analaisis, 2017)
Gambar
di atas menunjukkan tentang kondisi Pantai
Bilato yang sebenarnya. Kondisi inilah yang menjadikan Pantai Bilato minim
pengunjung (a),
dari gambar tersebut maka jelaslah bahwa keadaan pantai saat ini sangatlah
memprihatinkan dari segi fasilitas wisata dalam hal ini di sebut sebagai
amenitas wisata yang terkait dengan segala pelayanan baik dari pengelola wisata
maupun infrastruktur wisata yang memadai bagi wisatawan. Keadaan pantai yang
hanya memiliki 1 tempat yang sering di sebut sebagai gazebo, 1 kamar mandi yang
saat ini sudah rusak dan 2 warung masyarakat sekitar yang di gunakan untuk
berdagang, ini belum mampu menarik minat wisatawan berkunjung ke obyek wisata
Pantai Bilato, walaupun atraksi pantai cukup bervariasi. Sehingga pada bagian (b) di buat konsep sebagai
rancangan pengembangan pantai agar lebih menarik perhatian wisatawan untuk
berwisata ke Pantai Bilato, seperti adanya tempat untuk rekreasi air (memancing) berupa jembatan kayu
dan juga untuk mandi, tempat yang menjadi pusat
perdagangan seperti warung, serta tempat untuk peristrahatan misalnya tempat parkir, cottage, sarana ibadah, dan kamar mandi. Dengan begitu kegiatan
promosi wisata dapat dilakukan sebaik mungkin dengan modal fasilitas wisata
yang memadai.
Daya
tarik wisata Pantai Bilato
Daya
tarik wisata merupakan segala sesuatu yang menarik bagi seseorang untuk
mengunjungi suatu daerah tertentu (Yoeti, 2008). Adapun daya tarik yang ada di
Pantai Bilato meliputi Pasir putih di sepanjang garis pantai, pohon kelapa yang
berjejer menghiasi pemandangan sekitar
kawasan pantai, bentangalam pegunungan yang masih alami di sekitar kawasan
pantai, serta keramahan masyarakat setempat ketika menyambut wisatawan. Kawasan
Pantai Bilato yang cukup luas, dengan daya tarik tersebut sudah cukup menarik
minat wisatawan untuk berkunjung ke Pantai Bilato ketika di kembangkan ke arah
yang lebih baik. Adapum Upaya
pengembangan Pantai Bilato dapat dilakukan dengan hal-hal berikut:
1.
Promosi
Promosi
di lakukan dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang Pantai Bilato ke
media-media sosial melalui media cetak (koran, majalah) dan media eletronik
(radio dan televisi). Tujuannya untukmemperkenalkan
obyek wisata kepada masyarakat luas.
2.
Perbaikan
Aksesibilitas
Aksesibilitas
yang dimaksud adalah kemudahan untuk menjangkau lokasi obyek wisata
(Riyaningtyas, 2014). Akses jalan menuju wisata Pantai Bilato saat ini sudah
cukup memadai, karena wisatawan hanya membutuhkan waktu 60 menit dari pusat
Kabupaten Gorontalo untuk sampai ke Pantai Bilato.


Gambar 9. Kondisi jalan menuju
Pantai Bilato
Gambar 10. Aksesibilitas ke Pantai Bilato
Berdasarkan
gambar di atas, dapat dilihat akses menuju Pantai Bilato cukup mudah di tempuh
baik melalui jalan Paguyaman-Tangkobu ataupun melalui jalan Batudaa-Bongomeme.
Jarak tempuh cukup 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan roda empat dan jarak
relatif untuk kendaraan roda dua. Sehingga dengan adanya kemudahan transportasi
ini dapat menginformasikan kepada wisatawan bahwa keberadaan Pantai Bilato
benar-benar strategis untuk dijadikan sebagai tempat wisata.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya,
maka membuat
konsep pengembangan berupa rencana tata bangunan untuk fasilitas obyek wisata
pantai yang memadai dan membuat tempat atau area pengembangan seperti rekreasi air (memancing
dan mandi), perdagangan (warung) dan peristrahatan (cottage) dirasa penting untuk pengembangan Pantai Bilato yang
strategis denganmengevaluasi (penilaian) terhadap obyek
wisata, hal ini dapat di lakukan oleh masyarakat terkait dengan pengelolaan
obyek wisata Pantai Bilato dan juga wisatawan.
SARAN
Pengelolaan
Pantai Bilato harus lebih terarah lagi, kegiatan promosi mengenai daya tarik
wisata lebih sering di lakukan baik oleh pemerintah daerah maupun pengelola
wisata. Sehingga obyek wisata ini dapat di kenal masyarakat luas, dengan begitu
akan banyak wisatawan yang berkunjung ke Pantai Bilato. Selain itu Pantai
Bilato hendaknya tetap mendapatkan perhatiaan dalam hal pengadaan fasilitas di
area pantai walaupun belum di kelola secara resmi oleh pemerintah daerah dalam
hal ini Dinas Pariwisata Kebudayaan Teknologi Komunikasi Dan Informatika. Oleh
karena itu, upaya pengembangan pantai dengan meminimalisir faktor penghambat
akan menjadikan wisata ini lebih baik, dengan mengadakan perekrutan SDM yang
memenuhi kriteria. Kemudian, perlu adanya penelitian lanjutan mengenai potensi
sumberdaya laut di Pantai Bilato.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat
Statistik. 2015. Perkembangan Pariwisata
Dan Transportasi Nasional
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo. Kecamatan Bilato dalam Angka. 2016
Bafdal, N., Amaru, K., Boy, M.P.P. 2011. Sistem Informasi Geografi.
Bandung, Jur. TMIP.
FTIP. Unpad
Kurniawan, D.T.,
Armono, Dwito H, dan Mustain, M.
2011. Evaluasi Beach Recreational
Index Untuk Pantai Wisata pada
Pantai Kenjeran Pantai Delegan,
dan Wisata Bahari Lamongan.
(Jurnal Tugas Akhir)
Maryani, Enok.
2008. Penataan Ruang Wisata Alam Pantai. Scientific Meeting: Perubahan Iklim Global. Bali 18-19 Maret 2008
Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 4 Tahun 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo 2010-2030. Gorontalo: Gubernur Gorontalo
Profil Desa
Taulaa. 2015
Rani, D.P.M.
2014. Pengembangan Potensi Pariwisata Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur (Studi Kasus: Pantai Lombang). (Jurnal Politik Muda). Volume 3 Nomor
3
Rangkuti, F. 2010. Analisis
SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Sudana, P. 2013. Strategi
Pengembangan Desa Wisata Ekologis Di
Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan Kabupaten
Tabanan. (Jurnal Analisis Pariwisata) Volume 13 Nomor 1
Tumimomor, M.,
Jando, E., Meolbatak, E. 2013. Sistem Informasi Geografis Pariwisata Kota
Kupang (Jurnal Nasional Pendidikan
Teknik Informatika). Volume
1 Nomor 2
Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tentang Kepariwisataan. 2009. Jakarta
Yoeti, Oka.
2008. Anatomi Pariwisata. Bandung. Penerbit
Angkasa