Selasa, 24 Mei 2016

Danau Limboto, antara Kebutuhan dan Bencana

DANAU LIMBOTO, ANTARA KEBUTUHAN DAN BENCANA
Oleh: Elpin Ibrahim (Geografi/UMG)


Danau Limboto merupakan danau yang terletak di Kabupaten Gorontalo, dan juga menjadi salah satu obyek wisata di Provinsi Gorontalo. Namun, jika dulu danau ini adalah obyek wisata dengan tujuan rekreasi, maka saat ini kunjungan wisatawan baik lokal, domestik maupun mancanegara bukan untuk jalan-jalan menikmati keindahan pagi yang di sebut para remaja sebagai sunrise atau sunset ketika sore, melainkan untuk melakukan penelitian terkait dengan kondisi Danau Limboto yang saat ini sudah semakin kritis dan memprihatinkan. Danau Limboto saat ini menjadi salah satu danau yang masuk dalam kategori kritis di Indonesia (Fakhrudin, dkk). Bagaimana tidak, permasalahan utama yang melanda danau ini adalah masalah sedimentasi atau pengendapan yang menyebabkan terjadinya pendangkalan.
Luas danau Limboto dari tahun ke tahun semakin berkurang, begitu pula dengan kedalamannya yang dulu mencapai 20 sampai 30 meter, kini yang tersisa hanyalah 2 atau 3 meter saja dengan luas kurang dari 3.000 ha. Banyak faktor yang menjadi penyebab pendangkalan yang terjadi di danau Limboto, diantaranya kerusakan DAS di bagian hulu dan pola drainase disekitar danau yang kurang teratur. Sehingga dari hal tersebut muncul beberapa pertanyaan seperti berikut:
1.      Apakah keberadaan Danau Limboto sebuah Kebutuhan atau Bencana?
2.      Bagaimana keberadaan Danau Limboto ketika menjadi sebuah Bencana?

Danau Limboto adalah sumber air tanah di Kabupaten Gorontalo, selain itu danau ini menjadi salah satu tempat dimana masyarakat sekitar menggantungkan hidupnya dari segi ekonomi. Hal ini tentunya dapat dibayangkan akan seperti apa masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar danau jika suatu saat danau ini benar-benar hilang dari tanah Gorontalo. Karena ketika kebutuhan manusia menuntut untuk dapat mengelola bahkan mengeksploitasi suatu sumber daya alam, tanpa disadari bahwa sebenarnya terselip bencana yang sedang diciptakan di area yang sama.

Hal ini tentunya terdengar miris jika kita melihatnya dari sudut pandang para nelayan yang menggantungkan kebutuhannya di Danau Limboto, tetapi mari kita melihat bencana tersebut sebagai sebuah harapan baru untuk Gorontalo yang berkelanjutan. Karena lambat laun juga masalah sedimentasi di Danau Limboto akan sulit diatasi jika pengelolaan hanya berpatokan pada danau itu sendiri, tanpa melihat hal-hal yang menjadi penyebab utama sedimentasi tersebut. Sehingga harapan atas danau yang berpotensi menjadi sebuah kota baru di Gorontalo dan dipadati pemukiman disekitarnya juga bukanlah sesuatu yang baru lagi terdengar ditelinga masyarakat. Maka inilah yang disebut sebagai kebutuhan yang membawa bencana. Maksudnya adalah kebutuhan masyarakat terhadap sumber mata pencaharian di Danau Limboto, terutama bagi masyarakat nelayan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, tetapi menjadi sebuah bencana ketika pemanfaatan keberadaan danau ini melebihi batas yang telah ditentukan. Disinilah imajinasi seorang peneliti mulai menjelajahi ide-ide baru dalam upaya menjadikan Danau Limboto sebagai kebutuhan dan menyelamatkannya dari bencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar